Zulfikar Hamonangan Soroti Aspek Sosial, Lingkungan, dan Keamanan Terminal LNG Benoa

Anggota Komisi XII DPR RI, Zulfikar Hamonangan saat melakukan kunjungan kerja reses ke Provinsi Bali, Senin (11/8/2025). Foto : Ssb/Andri
PARLEMENTARIA, Bali – Komisi XII DPR RI melakukan kunjungan kerja reses ke Provinsi Bali, Senin (11/8/2025), untuk meninjau infrastruktur energi strategis, termasuk Terminal LNG Benoa yang dioperasikan PT Pelindo Energi Logistik. Tinjauan ini menjadi bagian dari upaya Komisi XII memastikan proyek energi di daerah berjalan selaras dengan prinsip keberlanjutan dan standar keselamatan.
Anggota Komisi XII DPR RI, Zulfikar Hamonangan, menilai lokasi Terminal LNG Benoa memiliki potensi besar untuk pengembangan ke depan. “Saya melihat kondisi tempat yang ada itu sangat mendukung bagi saya untuk dilaksanakannya pengembangan. Namun ada beberapa aspek, aspek sosial dan juga persoalan lingkungan yang perlu menjadi perhatian,” ujarnya.
Zulfikar menekankan pentingnya memperhatikan masukan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan pihak terkait dalam penyusunan rencana tata letak fasilitas. “Kita perlu meminta perubahan set plan tentang tata letak yang sesuai dengan masukan Kementerian Lingkungan Hidup. Jangan sampai konsepnya hanya sebatas gambar yang kita lihat tadi, tetapi rekomendasi lingkungan belum diakomodasi,” katanya.
Selain itu, ia menyoroti aspek keamanan fasilitas LNG yang dinilai belum optimal. LNG (Liquefied Natural Gas) memiliki risiko tinggi karena sifatnya yang mudah menguap pada tekanan rendah dan dapat memicu ledakan bila terjadi kebocoran. “Kalau saya lihat pipanya sangat dekat sekali dari kantor. Safety-nya itu di mana? Apakah aman seperti itu kondisinya nanti? Jangan sampai kita berpikir setelah kejadian, sebelum kejadian tidak pernah kita pikirkan,” tegasnya.
Zulfikar membandingkan pengelolaan fasilitas LNG di Singapura yang memisahkan jalur pipa dari area lalu lintas manusia. “Kalau di sana, pipa dengan jalur manusia itu dipisahkan. Kalau di sini, jujur saya agak khawatir. Namanya manusia kita tidak tahu apesnya, pas kita di situ bisa saja terjadi sesuatu,” ujarnya.
Terminal LNG Benoa sendiri memiliki kapasitas penyimpanan sekitar 26.000 m³ dan fasilitas regasifikasi hingga 50 MMSCFD. Infrastruktur ini mendukung pasokan energi bersih bagi pembangkit listrik, sektor transportasi, dan industri perhotelan di Bali. Namun, sesuai rekomendasi Zulfikar, pengembangan lebih lanjut perlu mengedepankan tata letak yang aman, jarak aman pipa dari area kerja, serta mitigasi risiko kebocoran atau ledakan sesuai standar internasional seperti yang diatur dalam NFPA 59A (Standard for the Production, Storage, and Handling of LNG).
“Dari sisi safety itu menjadi salah satu hal yang harus kita pikirkan, apalagi ada rencana pengembangan ulang. Jangan sampai risiko diabaikan,” pungkas Zulfikar. (ssb/aha)